VALENTINE.
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris:
Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan
cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang
muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna
yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama,
pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga
valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang
penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
Upacara Romawi Kuno akhirnya dirubah menjadi hari perayaan
gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius
I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah
peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya
St. Valentine.
Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani
yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka
menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya
kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari
tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Jangan Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca:
tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat
ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita
menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim ).
Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani.
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita
tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari
mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud.). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan
paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya
berarti telah meniru-niru mereka.
Valentine milik Orang Kafir.
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman.
Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan
orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan
perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa
menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ
مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidakberfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri
perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah
suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut
adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib . Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang
beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan
keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ
، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan
banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku
persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه
وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ
النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو
أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ
بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami
ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a
man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ،
وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu
Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena
kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti
amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang
tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat
raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan
dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau
cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih,
dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani
yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang
kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan
kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi
“To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan
kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik,
menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas
adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan
Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran.Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan
mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol
perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan
pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti
pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara
legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa
melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran,
bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di
luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya,
semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min
dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]:
32)
Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah,
kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang
dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih
bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau
malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah
pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih
senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang
dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan
ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari
Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.”
(QS. Al Isro’ [17]: 26-27).
Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari
paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan.
Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari
tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan
norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan
hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya.
Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari
Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama
Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai
dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang
tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan
menerima kebenaran.”
Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan
merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari
Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan
jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut
karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan.
Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala.
Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang
belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita
semua.
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris:
Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan
cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang
muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna
yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama,
pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga
valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang
penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
Upacara Romawi Kuno akhirnya dirubah menjadi hari perayaan
gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius
I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah
peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya
St. Valentine.
Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani
yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka
menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya
kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari
tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Jangan Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca:
tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat
ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita
menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim ).
Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani.
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita
tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari
mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud.). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan
paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya
berarti telah meniru-niru mereka.
Valentine milik Orang Kafir.
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman.
Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan
orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan
perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa
menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ
مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidakberfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri
perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah
suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut
adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib . Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang
beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan
keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ
، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan
banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku
persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه
وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ
النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو
أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ
بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami
ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a
man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ،
وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu
Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena
kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti
amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang
tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat
raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan
dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau
cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih,
dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani
yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang
kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan
kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi
“To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan
kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik,
menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas
adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan
Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran.Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan
mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol
perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan
pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti
pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara
legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa
melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran,
bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di
luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya,
semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min
dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]:
32)
Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah,
kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang
dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih
bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau
malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah
pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih
senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang
dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan
ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari
Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.”
(QS. Al Isro’ [17]: 26-27).
Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari
paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan.
Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari
tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan
norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan
hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya.
Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari
Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama
Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai
dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang
tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan
menerima kebenaran.”
Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan
merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari
Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan
jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut
karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan.
Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala.
Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang
belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita
semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar